Kamis, 10 Januari 2013


CARA MELATIH SOFTSKILL

        Soft skill adalah karakter yang berada dalam diri seseorang. Orang yang mempunyai soft skill bisa disebut juga orang extrovert. Tipe orang ini mampu beradaptasi dan diterima di lingkungannya sendiri. Jangan menganggap remeh soft skill yang ada dalam diri seseorang. Karena soft skill itu menentukan sukses sebanyak 65%. Sedangkan sisanya adalah kemampuan akademik dan lain-lain. Orang yang mempunyai soft skill yang baik mudah diterima bekerja. Banyak orang berpendapat bahwa untuk mendapatkan orang pintar bekerja itu sangat mudah,tapi untuk mendapatkan orang baik itu sangat sulit.

       Soft skill seseorang bisa dilihat dari  beberapa sudut pandang. Soft skill bisa dinilai dari cara orang itu berpakaian. Apakah pakaiannya rapi atau acak-acakan. Bisa dilihat dari cara berbicara. Apakah dia sering berbicara kasar atau tidak. Bisa dilihat dari caranya berjalan. Apakah dia jalan santai atau jalan terburu-buru kayak dikejar setan. hahaha. Bisa dilihat dari expresi wajahnya. Apakah dia sering tersenyum atau tidak saat dia bertemu dengan orang yang yang lebih tua dari dirinya,dan orang  lain. 

      Bagaimana melatih soft skill? Untuk melatih soft skill sebenarnya mudah saja. Itu dikembalikan masing-masing ke diri anda masing-masing. Mulai dari sekarang anda bisa melatih soft skill tersebut. Bergaullah dengan banyak orang adalah salah satu cara melatih soft skill. Bersikap sopan dengan orang tua. Rajin menolong teman jika kita dibutuhkan. Mau terlibat dengan salah satu organisasi apa saja. Belajar untuk tidak membenci orang lain. Mampu mengontrol emosi dan mengendalikan diri sendiri. Latihlah soft skill tersebut sesering mungkin agar kelak anda menjadi orang yang sukses di masyarakat

     
        Tak bisa dipungkiri bahwa pembelajaran di kelas hanya mengukur aspek kognitif pada diri mahasiswa, yang kemudian bermuara pada pada pembentukan hard skill mereka. Dari hard skill ini bisa dilihat kecakapan akademis mereka yang pada dasarnya bisa dikualitatifkan. Hard skill saja tidak cukup untuk mengantarkan mereka untuk mencapai kesuksesan kelak. Salah satu model pembelajaran yang memberikan alternatif dalam membangun dan melatih soft skill siswa adalah pembelajaran praktikum yang diselenggarakan di laboratorium maupun di luar kampus. Bagaimana implikasi dan realisasinya? Setidaknya ada 5 aspek nilai karakter soft skill yang bisa dilatih dalam pembelajaran praktikum.
       Pertama, sikap bekerjasama. Pada pembelajaran praktikum mahasiswa akan dikelompokan dalam beberapa kelompok. Biasanya 4 atau 5 orang tiap kelompoknya. Mereka akan dibekali teori dan persedur percobaan terlebih dahulu. Setelah itu melakukan percobaan. Selama proses percobaan akan banyak interaksi diantara mereka yang kemudian akan melahirkan bentuk kerja sama dalam memecahkan masalah, menganalisis maupun menjalankan prosedur percobaan dengan baik. Secara teori, semakin banyak mereka bekerja sama maka akan semakin terasah kecakapan soft skil nya. Kedua, Sikap saling membantu. Permasalahan dalam kelompok tentunya akan menciptakan situasi saling membantu, dimana jika anggota kelompok mengalami masalah, maka anggota lain akan membantu. Dari saling membantu ini akan timbul kepekaan yang akan dimiliki setiap anggota kelompok. Ketiga, jiwa menghargai. Dalam pelaksanaan pembelajaran pasti akan ditemukan perbedaan pendapat yang kemudian menciptakan perdebatan. Namun hal ini wajar, asalkan setiap siswa menerima perbedaan tersebut. Kuncinya adlah saling menghargai perbedaan yang ada. Keempat, berpikir kreatif dan kritis. Menjalankan setiap prosedur percobaan tentunya akan menimbulkan rangsangan kreativitas pada setiap siswa. Mereka akan memiliki caranya tersendiri. Namun guru dituntut memberikan kebebasan bertindak tanpa membatasi ruang kerja mereka. Setelah menjalankan prosedur percobaan, mereka akan dihadapkan pada analisis masalah  dan cara memecahkannya. Dari sini mereka dilatih untuk berfikir kritis dari setiap masalah yang dihadapi. Kelima, Kejujuran dan ketelitian. Dalam setiap percobaan guru hendaknya menanamkan sikap ilmiah.  Salah satu subtansi dari sikap ilmiah adalah adanya kejujuran dalam pengambilan data pengamatan. Tanpa ada manipulasi data. Dan siswa dituntut untuk jujur dalam hal ini. Kejujuran tersebut harus dibarengi dengan sikap ketelitian dalam setiap pengambilan keputusan. Dari lima paparan diatas, yang terpenting dalam pembelajaran praktikum adalah soft skill siswa perlu terus dilatih dalam setiap berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Indikator keberhasilan ditentukan oleh peran guru dalam mengatur jalannya pembelajaran sehingga siswa terus dilatih untuk mendapatkan kecakapan ilmiah.
      Kesimpulan: Semua orang membutuhkan soft skill untuk kebutuhan hidup bersama. Dengan mempunyai soft skill kita bisa hidup tentram dengan orang lain. Tidak ada rasa permusuhan antara yang satu dengan yang lain. Soft skill sangat berperan di dalam kehidupan. 

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

      Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social  responsibility (untuk selanjutnya disebut CSR) mungkin masih kurang popular dikalangan pelaku usaha nasional. Namun, tidak berlaku bagi pelaku usaha asing. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu, sudah biasa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun lalu. Berbeda dengan  kondisi Indonesia, di sini kegiatan CSR baru dimulai beberapa tahun  belakangan. Tuntutan masyarakat dan perkembangan demokrasi serta derasnya arus globalisasi dan pasar bebas, sehingga memunculkan kesadaran dari dunia industri tentang pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).  Walaupun sudah lama prinsip-prinsip CSR diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam lingkup hukum perusahaan. Namun amat disesalkan dari hasil survey yang dilakukan oleh Suprapto pada tahun 2005 terhadap 375 perusahaan di Jakarta menunjukkan bahwa 166 atau 44,27 % perusahaan menyatakan tidak melakukan kegiatan CSR dan 209 atau 55,75 % perusahaan melakukan kegiatan CSR. Sedangkan bentuk CSR yang dijalankan meliputi; pertama, kegiatan kekeluargaan (116 perusahaan), kedua, sumbangan pada lembaga agama (50 perusahaan), ketiga, sumbangan pada yayasan social (39) perusahaan) keempat, pengembangan komunitas (4 perusahaan). [1]Survei  ini juga mengemukakan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat tergantung pada keinginan dari pihak manajemen perusahaan sendiri.
     Hasil Program Penilaian Peringkat Perusahaan (PROPER) 2004-2005 Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa dari 466 perusahaan dipantau ada 72 perusahaan mendapat rapor hitam, 150 merah, 221 biru, 23 hijau, dan tidak ada yang berperingkat emas. Dengan begitu banyaknya perusahaan yang mendapat rapor hitam dan merah, menunjukkan bahwa mereka tidak menerapkan tanggung jawab lingkungan. Disamping itu dalam prakteknya tidak semua perusahaan menerapkan CSR. Bagi kebanyakan perusahaan, CSR dianggap sebagai parasit yang dapat membebani biaya “capital maintenance”. Kalaupun ada yang melakukan CSR, itupun dilakukan untuk adu gengsi. Jarang ada CSR yang memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat. Kondisi tersebut makin populer tatkala DPR mengetuk palu tanda disetujuinya klausul CSR masuk ke dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM).  Pasal 74 UU PT yang menyebutkan bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak dilakukan, maka perseroan tersebut bakal dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.


sumber:http//google.com
http://blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar